Menikah Dulu Atau Membahagiakan Orang Tua Dulu?





Mungkin diantara Anda ada yang masih bingung dengan pilihan tersebut, karena merasa orang tua sudah membesarkan sampai Anda mendapatkan pekerjaan, setelah itu Anda meninggalkan orang tua karena menikah. Anda merasa sudah tidak bisa membahagiakan orang tua, padahal membahagiakan orang tua itu tidak ada batasnya karena kewajiban seorang anak sampai akhir hayatnya.

Hal inilah yang ditanyakan seseorang di ruang konsultasi eramuslim.com, adapun jawaban yang diberikan sbb :

Menikah adalah sunnatullah yang memiliki nilai ibadah dalam menyempurnakan sebagian agama. Menikah itu sendiri mengandung banyak hikmah di antaranya yaitu menjadi sarana menjaga hati dan melestarikan keturunan.

Menikah juga merupakan tuntutan nurani dan pelabuhan yang dapat menjadi tempat kita menyandarkan kegelisahan hati. Mengingkari panggilan hati sama dengan mengingkari fitrah kita dan ketika kita mengingkari fitrah kita maka bisa dipastikan tidak ada ketenangan yang bisa kita capai.
Anda sudah lama memiliki keinginan untuk menikah. Namun keinginan anda tampaknya terhalang oleh beban moral sebagai anak pertama yang diharapkan untuk membantu orangtua dan 4 orang adik.

Terutama sekarang anda telah lulus kuliah dan mulai bekerja, tentunya harapan orangtua memang begitu besar terhadap diri anda, agar dapat membantu ekonomi keluarga terlebih dahulu. Hal itu bisa dimaklumi, karenanya menjadikan keinginan anda maju-mundur untuk segera menikah atau menundanya.

Saya ingin mengingatkan anda tentang beberapa hal yang perlu anda pertimbangkan sebelum mengambil keputusan nantinya, yaitu mengenai kesiapan yang mesti anda miliki di antaranya adalah, Kesiapan ilmu, hal ini diperlukan karena dalam berumah tangga diperlukan pemahaman mengenai hak dan kewajiban suami dan isteri.

Kesiapan memenuhi tanggung jawab terutama dalam hal menafkahi keluarga lahir dan batin (dalam hal ini berbeda dengan kemapanan secara ekonomi), Kesiapan memiliki anak dalam hal mendidik dan membimbingnya, Kesiapan mental karena dalam penikahan nanti pasti akan banyak menemui permasalahan dan konflik dalam keluarga yang menuntut anda harus berpikir secara dewasa sebagai kepala keluarga.

Kemudian Kesiapan ruhiyah, karena bila seseorang memiliki kesiapan ruhiyah maka sikapnya akan tetap terkendali oleh ketakwaannya kepada Allah, artinya hatinya sangat peka dan mudah menerima kebenaran, mudah menerima nasihat, teguran dan pemberitahuan mengenai tuntunan agama dalam berumah tangga.

Keinginan kuat anda untuk menikah haruslah diiringi oleh kesiapan-kesiapan tersebut di atas. Apabila semua kesiapan-kesiapan itu sudah anda miliki, tidak ada salahnya mencoba untuk membicarakan keinginan anda pada orangtua. Dengan menikah bukan berarti anda tidak dapat membantu ekonomi keluarga bukan? Yang penting calon istri anda dapat memahami komitmen anda yang ingin tetap membahagiakan orangtua dan membantu adik-adik.

Namun bila anda merasa belum merasa memiliki kesiapan-kesiapan tersebut. Sebaiknya anda menunda untuk mempersiapkannya terlebih dahulu. Jika memang telah tiba saatnya untuk menikah, bersegeralah untuk menikah. Namun bersegera bukan berarti tergesa-gesa lho, karena tergesa-gesa menunjukkan ketidaksiapan.

Saya berharap anda dapat mengambil keputusan yang terbaik, sambil terus mempersiapkan diri sebelum memasuki jenjang pernikahan dengan hal-hal yang memantapkan niat mulia anda dalam menyempurnakan agama. Jangan lupa mohonlah pada Allah agar diberi kemudahan untuk mewujudkannya dan mohon pada-Nya agar dikaruniai istri yang shalihat yang bisa mendukung niat anda agar tetap dapat berbakti kepada orang tua.